Struktur usaha peternakan Indonesia sampai saat ini lebih banyak didominasi peternakan rakyat dengan penerapan teknologi yang minimal, namun peternakan rakyat telah memberikan kontribusi penting dalam penyediaan pangan hewani asal ternak.
Hal tersebut dikemukakan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, I Ketut Diarmita dalam sambutan pembukaan Gebyar Siwab (Sapi Indukan Wajib Bunting) di Jepara, yang juga dihadiri Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko dan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, Agus Waryanto, Kamis (27/7).
“Untuk mendukung pengembangan usaha peternakan di masa yang akan datang, Sebagaimana telah diamanatkan dalam UU Nomor 41 Tahun 2014, pemerintah berkewajiban melakukan pengembangan usaha pembenihan dan atau pembibitan dengan melibatkan peran serta masyarakat. Hal itu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih dan bibit bersertifikat dan membina pembentukan wilayah sumber bibit,” tuturnya.
Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak sapi merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik sapi.
“Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak,” ucap Ketut.
Adapun strategi yang digunakan menurut Ketut Diamirta, dengan memastikan sapi/kerbau betina dewasa sebagai akseptor untukdibuntingkan dengan menggunakan teknik inseminasi buatan.
“Untuk mengoptimalkan strategi tersebut secara bersamaan juga diikuti peningkatan kualitas unsur-unsur yang berpengaruh terhadap keberhasilan IB yaitu peternak, akseptor, semen beku, dan inseminator,” jelasnya.
Berdasarkan data kumulatif Semester I (Januari-Juni), secara nasional capaian IB adalah 1.650.948 ekor atau 41% target 4 juta ekor dan capaian kebuntingan adalah 587.369 ekor atau 19,5 % dari target 3 juta ekor serta kelahiran sebanyak 395.721 ekor.
“Kontribusi Jawa Tengah terhadap target nasional merupakan yang terbesar kedua setelah Jawa Timur yaitu 12,8% atau sebanyak 514.984 akseptor untuk IB dan 14,2% atau 427.437 ekor untuk kebuntingan. Dari target tersebut, capaian IB kumulatif Jawa Tengah pada Semester I mencapai 352.854 ekor atau 68,5%,” ungkap Ketut.
Sebagai perbandingan, capaian IB Jawa Timur mencapai 54,9%; DI Yogyakarta 51,4%; Jawa Barat 45,9% dan Sumatera Utara 42,8%. Secara nasional, capaian IB tersebut menempatkan Provinsi Jawa Tengah berada pada peringkat pertama dari seluruh provinsi di Indonesia.
“Jika berdasarkan target IB empat juta akseptor, Provinsi Jawa Tengah telah berada pada capaian 68,5%. Namun jika berdasarkan target IB Semester I, maka Provinsi Jawa Tengah berada pada capaian 131,8% dan ini juga merupakan capaian tertinggi nasional. ini dan kami yakin serta percaya bahwa Provinsi Jawa Tengah akan mampu meraih seluruh target yang telah ditetapkan,” pungkasnya. (don).
0 komentar:
Posting Komentar