Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi, tanggal 9 September 2017, genap berusia 92 tahun. Dari segi organisasi 92 tahun memang bukan umur yang panjang, namun merupakan suatu tahapan untuk menjadi organisasi yang berkinerja tinggi. Hal tersebut dikemukakan Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi Semarang, dr. Agus Suryanto, Sp.PD-KP., MARS di sela acara Seminar Nasional dengan tema Tantangan dan Peluang BLU/BLUD Menuju Universal Health Coverage 2019, yang berlangsung di RS. Kariadi, Sabtu (9/9/2017).
Terkait dengan pengelolaan RS. Kariadi di usianya yang ke 92 ini menurut Agus Suryanto, sebenarnya paradikma pengelolaan rumah sakit pemerintah itu terjadi perubahan sejak tahun 2005, yaitu dari pelayanan di bawah Kementerian Kesehatan menjadi bentuk pengelolaan keuangan yakni Badan Layanan Umum (BLU), dimana penggunaan keuangan ini mengikuti asas fleksibilitas keuangan. Artinya bahwa semua penerimaan yang diterima RS Kariadi itu dimanfaatkan setinggi-tingginya untuk pelayanan kepada masyarakat.
“Jadi sejak tahun 2015, perlahan-lahan dalam operasional kita menggunaka biaya APBN yang sangat minimum. Bahkan mulai tahun 2018 nanti biaya operasional kita sudah tidak menggunakan anggaran dari APBN. Jadi betul-betul menggunakan biaya yang diperoleh dari RS. Kariadi sendiri. Hanya untuk gajih karyawan yang PNS saja yang sebagian masih ditanggung oleh APBN,” ucapnya.
Sedangkan mengenai pelayanan, dengan adanya pengelolaan keuangan yang fleksibel, RS. Kariadi dapat merencanakan dan mengeksekusi jenis-jenis layanan, baik dari sarana prasarana, sumber daya manusia maupun manejerial yang lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada di lingkungan RS. Kariadi. Khususnya Jawa Tengah atau Indonesia Bagian Tengah.
“Sampai saat ini RS Kariadi sudah ditetapkan sebagai RS rujukan nasional. Dengan kwalitas Rumah Sakit yang sudah teregritasi nasional, bahkan internasional, maka semua layanan yang diberikan RS Kariadi sudah terakreditasi internasional. Oleh karena itu kita wajib mempertahankan kwalitas ini," tegasnya.
Terkait dengan tingginya tuntutan masyarakat akan layanan rumah sakit yang berkualitas tinggi, menurut Agus, yang namanya layanan publik itu memang harus memberikan layanan yang semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat. Terlebih dari segi pengelolaan, sekarang sudah tumbuh pesat rumah sakit-rumah sakit swasta, bahkan tumbuh juga rumah sakit internasional.
“Oleh karena itu sebagai rumah sakit pemerintah dalam hal ini Rumah sakit dengan pola BLU, sudah seharusnya untuk berbenah diri guna memberikan pelayan yang terbaik untuk masyarakat. Sehingga nilai tambah yang diperoleh adalah masyarakat. Sekali lagi bahwa tujuan pengelolaan rumah sakit adalah memberikan pelayan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Sehingga apabila masyarakat mencitai rumah sakit, itulah rumah sakit yang tatakelolanya sudah baik,” pungkas Agus Suryanto.
Seminar tentang Tantangan dan Peluang BLU/BLUD menuju Universal Health Coverage 2019 merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka HUT RSDK ke 92, setelah sehari sebelumnya, Kamis (8/9) juga dilaksanakan Sepeda santai yang diikuti khusus keluargabesar RSDK. Sedangkan pada hari Minggu (10/9) akan di laksanakan Gebyar RSDK di halaman kantor Gubernur Jawa Tengah, Jalan Pahlawan Semarang.(don).
0 komentar:
Posting Komentar