Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (FKM Undip) Semarang, Senin (4/9/2017) mengadakan Workshop Diseminasi hasil dari penelitian dengan Netherlands Leprosy Relief Indonesia (NLRI) terkait penyakit Kusta, Limphatic Filariasis dan Diabetes Millitus di Indonesia. Acara yang berlansung di Bergas Ungaran, Kabupaten Semarang tersebut dihadiri langsung oleh Country Director of NLRI, Monique Soesman.
“Jadi tujuan dari Workshop ini karena kita menganut kebijakan akuntabilitas. Suatu kegiatan ketika kita hanya datang ke tempat masing-masing dampaknya tidak akan membuat semua yang terkait itu bisa berkomunikasi. Dan karena ada fasikitas dari NLRI untuk mebiayai kegiatan ini, maka kami berusaha mengundang tidak hanya dari birokrat, tapi ada komunitas difabel seperti dari tuna rungu, tuna netra, tuna wicara, tunagrahita dll,” tutur Dekan FKM Undip, yang juga sebagai ketua tim peneliti, Hanifa Maher Denny, SKM, MPH, Ph.D seusai menjadi moderator Workshop.
Hanifa menambahkan, dari hasil workshop ternyata banyak ide yang mungkin dari pihak perguruan tinggi selama ini justru belum mengetahui secara mendasar praktek yang dilakukan di lapangan.
“Ide-ide dari mereka itu akan kami ramu menjadi masukan, supaya dalam pelaksanaan program ada inovasi. Dimana inovasi itu diharapkan tidak membuat monoton dan bisa menarik perhatian. Karen ini dulu judulnya penyakit terabaiakan atau niglets diseases,” imbuhnya.
Menurutnya, ini memang merupakan cirikhas daerah tropis, ada penuh cacing, ada infeksi dan sebagainya, sehingga filariasis atau Kaki Gajah dan Kusta yang sebetulnya di Perguruan Tinggi sudah sangat sedikit sekali dibahas, tapi ternyata boom, atau banyak sekali kasus di masyarakat.
“Untuk itulah kami dari perguruan tinggi FKM Undip, mengingatkan kembali secara ilmiah, dan nanti dikelola bersama-sama untuk diramu menjadi usulan model bagi pemerintah dalam mensukseskan program eliminasi ini,” tegasnya.
Lebih lanjut Hanifah menjelaskan bahwa Indonesia saat ini berada di nomor 3 dalam hal filariasis, dan Kusta masih banyak daerah yang merah, padahal Indonesia sudah merdeka 72 tahun.
“Inikan yang mengagetkan, di Cirebon ditemukan, di Brebes juga ditemuka. Bahkan Pekalongan yang kota itu tidak lulus, padahal sudah minum obat masal selama 5 tahun, tetapi diverifikasi oleh WHO masih tetap daerah indemis. Sehingga mulai bulan Oktober nanti harus mengulang 2 tahun lagi. Sehingga itulah pentingnya kerjasama NLR ini dengan FKM Undip,” pungkas Hanifa Maher Denny.
Sementara Country Director of NLRI, Monique Soesman menuturkan bahwa Work shop ini bertujuan untuk memaparkan, membagi hasil dari salah satu riset tentang bagaimana bisa menangani 3 penyakit sekaligus yaitu Kusta, Limphatic Filariasis dan Diabetes Mellitus secara menyeluruh dan terkombinasikan.
“Sebetulnya kami mendukung dan Undip yang melakukan kerja keras untuk maping ini. Karena kami merasa sayang sekali kalau penyakit-penyakit ini tidak ditangani dengan baik. Dan untuk mendapatkan suatu solusi kami mendukung riset ini untuk maping dimana ada kesenjangan atau hal-hal yang belum ada, supaya nanti dari hasil ini bisa menciptakan satu model, satu ide yang bagus yang bisa diterapkan untuk menangani 3 penyakit ini sekaligus,” ucapnya.
Selama work shop, Monique mengaku beberapa kali mendengar dari peserta bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi 3 penyakit ini ditangani terlambat karena stigma di masyarakat sendiri yang enggan untuk memeriksakan penyakitnya ke Puskesmas atau ke dokter karena malu, sebab penyakit yang dideritanya dianggap penyakit aneh.
“Jadi stigma itu yang menghambat masyarakat untuk pergi ke puskesmas atau ke dokter karena merasa mempunyai penyakit yang aneh. Mendingan saya tidak pergi ke Rumah sakit atau ke Puskesmas. Jadi lebih baik saya diam saja. Nah itu justru mengakibatkan nanti terlalu jauh, dan dia akhirnya akan menjadi penyandang disabilitas. Jadi kami mengharapkan sekali dengan riset ini kita bisa mencegah dari penyakit-penyakit ini tidak sampai menjadi disabilitas,” pungkas Monique Soesman.
Workshop sehari yang menghadirkan narasumber dari Subdit Kusta dan Subdit Filariasis Kementerian Kesehatan RI tersebut, diantaranya dihadiri perwakilan dari Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Perhimpunan Tuna Netra (Pertuni), Komunitas Sahabat Difabel Semarang, Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia, Rumpun Anak Gangguan Pendengaran, Perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bima dan instansi terkait lainnya. (don).
0 komentar:
Posting Komentar