Presiden RI Joko Widodo mengingatkan, Indonesia merupakan negara besar yang majemuk dan beragam, baik suku, bahasa maupun budaya. Sehingga sudah menjadi kewajiban warganya untuk terus menjaga persaudaraan dan merawat kerukunan demi kesatuan NKRI.
Hal tersebut disampaikan Presiden saat menghadiri Silaturahmi Nasional (Silatnas) Majelis Tafsir Al Quran (MTA III) dengan tema ‘Merajut Kebhinekaan, Memperteguh NKRI’ di Stadion Manahan Surakarta, Minggu (17/9). Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Menteri Sekretaris Kabinet Pratikno, dan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo.
“Saya ingin menyadarkan kepada kita semuanya, mengingatkan kepada kita semuanya bahwa negara kita Indonesia adalah negara besar. Oleh sebab itu, saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya marilah kita jaga persaudaraan ukhuwah islamiyah kita, ukhuwah wataniyah kita, dan ukhuwah basariyah kita,” ucapnya.
Presiden me nambahkan, banyak negara yang ingin belajar dari Indonesia mengenai cara mengelola keberagaman dan kemajemukan. Sehingga masyarakat patut berbangga terhadap ideologi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang tidak hanya menjadi tali pengikat kemajemukan, namun juga dapat ditularkan kepada negara-negara lainnya.
Dalam kesempatan tersebut Presiden Jokowi mengajak keluarga besar MTA bergandeng tangan dengan komponen-komponen bangsa lainnya, untuk terus menyebarkan kasih sayang persaudaraan melalui dakwah-dakwah yang mengajarkan arti penting kerukunan beragama. Sehingga Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia ini bisa menunjukan Islam yang rahmatan lil’alamin.
“Kita harus bisa menunjukan kepada dunia bahwa Islam di Indonesia adalah Islam yang rahmatan lil’alamin,” ujarnya.
Terkait konflik kekerasan dan kemanusian di Rohingya Myanmar, Jokowi dengan tegas menyatakan sikap jika kekerasan di sana harus segera dihentikan. Indonesia tidak akan pernah berdiam diri terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi umat muslim di dunia. Apalagi sudah menjadi amanah konstitusi untuk ikut serta memelihara ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat memberikan sambutan mengajak masyarakat memperbanyak silaturahmi agar tidak terjadi kesalahfahaman baik antara sesama umat muslim maupun antarumat beragama. Menurutnya, wajar terjadi perbedaan pendapat, namun jangan sampai perbedaan membawa perpecahan.
“Kalau terjadi salah faham sebaiknya sering-sering diajak silaturahmi, sering berkunjung, syukur-syukur bisa pengajian bareng-bareng. Kalau itu bisa dilakukan akan membawa kesejukan,” ucapnya..
Silatnas MTA ketiga itu dihadiri sekitar 100 ribu jamaah. Mengingat kapasitas Stadion Manahan hanya menampung 40 ribu orang, sehingga tidak semua jamaah tertampung. Sebagian meluber ke luar stadion dan area parkir.
Pada Silatnas itu juga dikukuhkan 64 perwakilan dan cabang MTA dari Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua. Sehingga, sampai sekarang terdapat 602 cabang dan perwakilan MTA di seluruh Indonesia.
Pimpinan Pusat MTA Ustadz Ahmad Sukino mengatakan, MTA bukanlah partai politik dan tidak akan menjadi partai politik. MTA adalah lembaga dakwah yang berbadan hukum yayasan.
“Aktivitas kami hanya memberikan dakwah, bukan pidato. Tapi ditekankan pada amaliyahnya, maka MTA juga selalu muncul dalam aksi sosial, seperti mengirim relawan bencana alam dan kegiatan donor darah tiap tiga bulan sekali,” ujarnya. (don).
0 komentar:
Posting Komentar