KLIKDONI.COM - Potensi energi baru terbarukan yang ada di desa-desa di wilayah Jawa Tengah telah dioptimalkan termasuk pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas.
Salah satunya di wilayah Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali yang telah dilakukan pelatihan biogas dan kopi oleh Universitas Dian Nuswantoro Semarang (Udinus).
Pemberdayaan
wilayah Boyolali sebagai Desa Mandiri Energi dan Smart Village berbasis
Smart Biogas dan Digital Marketing untuk mendukung produk unggulan dan
pemasaran olahan susu dan kopi ini merupakan program pengabdian wilayah
Udinus Semarang.
Ketua Tim Program PW Udinus Semarang Prof Kusmiyati PhD menyampaikan, energi bersih dan berkelanjutan saat ini menjadi fokus utama permasalahan di dunia.
Menurutnya, penggunaan energi yang terus meningkat dikhawatirkan akan
berdampak buruk untuk kehidupan di masa depan.
Kolaborasi Udinus dengan Desa Banyuanyar dilakukan dengan pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas.
Jumlah komoditi sapi di Desa Banyuanyar mencapai 1.764
ekor, sehingga bisa dihasilkan kotoran sapi sekitar 50 ton/ hari/
ekor sapi.
"Untuk
menyelaraskan pemanfaatan energi berkelanjutan ini dengan kemajuan teknologi
maka program ini bisa mendapatkan 2 output sekaligus," ucap Kusmiyati,
Sabtu (26/8/2023).
“Potensi
limbah kotoran sapi ini tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai biogas, namun
juga sebagai pupuk dari hasil limbah slurry biogas sebagai pupuk
pertanian pengganti pupuk komersial,” imbuhnya.
Program PW yang didanai DRTPM KemendikbudRistek ini memiliki 5 fokus hasil utama, diantaranya pembangunan biodigester.
Kemudian juga aplikasi
monitoring smart biodigester, kompor biogas, pupuk slurry, dan
website digital marketing guna mendukung perluasan jangkauan pemasaran produk
komoditi.
Saat ini program ini
telah dijalankan di Desa Banyuanyar dengan bantuan pengawasan kepala Desa
Banyuanyar, Komarudin.
“Program
ini telah memberikan bukti nyata manfaat peningkatan perekonomian warga, dimana
ketika mulai menggunakan kompor biogas pengeluaran untuk gas LPG/kk/bulan
menjadi Rp 0, dari yang awalnya Rp100.000,” ungkapnya.
Pemanfaatan
pupuk slurry juga mampu menekan biaya pengeluaran pembelian pupuk
komersial untuk perawatan tanaman kopi hingga mencapai Rp7.200.000 untuk
tiap bulannya pada setiap anggota KTT Ngudi Utomo.
Komarudin dan masyarakat Desa Banyuanyar yang telah bergabung dalam program PW, mengakui banyak manfaat program ini dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.
Peningkatan taraf perekonomian ini juga dirasakan oleh penggerak
usaha susu dan kopi, dengan adanya website digital marketing.
Peningkatan omset yang signifikan sangat dirasakan oleh pengusaha kopi dan susu, yang kini mampu menghasilkan omset berkisar 35juta/tahun untuk setiap pelaku usaha susu sapi dan 500juta/tahun untuk setiap pelaku usaha kopi.
Program ini diharapkan
dapat terus berlangsung untuk mendukung program
energi sustainability dan juga meningkatkan taraf hidup perekonomian
masyarakat khususnya di Desa Banyuanyar, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah. (don).
0 komentar:
Posting Komentar